KEGIATAN DISEMINASI
AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Oleh : Durratus Sa’diyah
CGP Angkatan 7 Kota Semarang, SD Negeri Ngijo
01
A. Latar Belakang
Guru memiliki peran penting dalam menuntun, membimbing, dan
memfasilitasi kebutuhan belajar murid agar bertumbuh dan kembang menjadi
manusia yang selamat dan bahagia dalam hidupnya. Tentunya dalam meraih tujuan
mengoptimalkan student wellbeing berdasarkan filosofi pendidikan
nasional Ki Hajar Dewantara, pendidikan budi pekerti amat penting diimplementasikan
dalam pembelajaran dan budaya sekolah.
Pada kurikulum merdeka, kita mengenal visi murid masa depan, Profil
Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila mempersiapkan penerus bangsa yang
siap menghadapi perkembangan zaman tanpa meninggalkan sosio-kultural bangsa.
Seyogyanya, guru harus dapat mengembangkan dimensi Profil Pelajar Pancasila ini
di dalam diri murid. Salah satu upaya yang bisa dilakukan di sekolah adalah
dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan diterapkannya budaya
positif tersebut, murid diharapkan memiliki karakter yang baik sesuai dengan
karakter dalam Profil Pelajar Pancasila.
Rencana aksi nyata yang akan saya lakukan untuk mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila yaitu menyusun keyakinan kelas dan mendiseminasikan budaya
positif kepada rekan sejawat. Konsep-konsep inti dalam modul ini begitu membuka
pandangan yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi sekolah.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Diseminasi
aksi nyata dilaksanakan pada perwakilan guru SD Negeri Ngijo 01, SD Negeri
Ngijo 02, SD Negeri Kalisegoro, SD Negeri Patemon 01, dan SD Negeri Patemon 02
yang mana merupakan SD Gugus Dewi Kunthi. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang
kelas I SD Negeri Ngijo 01 dan dihadiri 13 guru.
Kegiatan
diseminasi modul Budaya Positif ini berjalan dengan lancar dan sesuai yang
diharapkan di mana kegiatan dimulai pukul 08.00 hingga selesai. Kegiatan
dimulai dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan acara inti. Pada acara inti,
kami membahas tentang beberapa konsep budaya positif. Yaitu, disiplin positif,
teori motivasi perilaku, teori kebutuhan dasar, teori lima posisi kontrol,
hukuman vs konsekuensi vs restitusi, segitiga restitusi, dan keyakinan kelas.
Materi sengaja kami sederhanakan untuk mempermudah dalam pemahaman. Meskipun
begitu, inti sari materi tetap disampaikan dan dipahamkan kepada audiens.
Disiplin Positif.
Konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya
budaya positif. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa disiplin positif merupakan kemampuan
individu dalam mengontrol diri, dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang
diinginkan. Seseorang yang memiliki disiplin diri bertanggung jawab terhadap
apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada
nilai-nilai kebajikan universal. Sudah sepatutnya, tugas guru
menumbuhkembangkan disiplin diri secara positif pada murid.
Motivasi Perilaku Manusia
Setiap tindakan yang kita lakukan pasti terdapat dorongan atau motivasi
yang mengiringi baik secara sadar maupun tidak. Menurut Diane Gossen, ada tiga motivasi
perilaku manusia: (1) Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. (2) Untuk
mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. (3) Untuk menjadi orang
yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya. Motivasi pertama dan kedua termasuk dalam motivasi ekstrinsik,
sedangkan motivasi ketiga termasuk dalam motivasi instrinsik. Tugas guru
membimbing murid dalam menumbuhkan motivasi jenis ketiga ini meskipun
membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.
Kebutuhan Dasar Manusia
Terdapat lima kebutuhan dasar manusia menurut Dr. William Glasser dalam
“Choice Theory”. Kebutuhan tersebut yaitu bertahan hidup, kasih sayang
dan rasa diterima, penguasaan, kesenangan, dan kebebasan. Dengan memahami
kebutuhan dasar yang ingin dipenuhi dibalik tindakan murid, guru akan lebih
mudah memahami dan mengantarkan murid untuk merefleksikan dirinya dalam
menyelesaikan masalah.
Posisi Kontrol Guru
Berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, ada 5 posisi kontrol
yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol.
Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman,
Pemantau dan Manajer. Kelima posisi kontrol tersebut sangat berpengaruh pada
pembentukan karakter murid di masa depan. Oleh karena itu, sebagai guru, kita
harus memahami akan lima posisi kontrol tersebut dan berupaya untuk mengambil
posisi kontrol terbaik dalam menerapkan budaya positif, yaitu sebagai manajer.
Hukuman vs Konsekuensi vs Restitusi
Acap kali kita mendengar
istilah-istilah di atas terkait pendisiplinan murid. Hukuman sering kali
berkaitan dengan sesuatu yang menyakitkan yang harus terjadi baik secara fisik
maupun psikis. Hukuman dapat membentuk identitas gagal pada murid. Konsekuensi
biasa dikaitkan dengan sesuatu harus terjadi karena murid melanggar suatu
aturan. Pada jangka pendek, konsekuensi dapat membentuk identitas murid yang
berhasil. Namun demikian, guru harus selalu memonitor pendisiplinan ini.
Restitusi merupakan suatu pilihan di mana murid berusaha menyelesaikan
permasalahan secara bertanggung jawab. Restitusi menguatkan nilai pada murid,
mendorong disiplin positif, dan menguatkan konsep diri murid.
Segitiga Restitusi
Restitusi adalah sebuah pendekatan untuk menciptakan disiplin positif
melalui proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk
masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka
inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain.
Terdapat tiga sisi segitiga
restitusi yang dapat digunakan oleh guru dalam membimbing murid menyelesaikan
masalah. Yaitu: (1) Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity” bahwa kita
semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan”. (2) Validasi Tindakan
yang Salah, “ Semua perilaku memiliki alasan. (3) Menanyakan Keyakinan,” Kita
semua memiliki motivasi instrinsik dan nilai yang kita yakini.
Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang
disepakati bersama dengan murid di kelas terlepas dari latar belakang suku,
negara, bahasa maupun agama yang dipegang/diyakini seseorang. Keyakinan disusun
berdasarkan kesepakatan kelas sebagai salah satu upaya penting untuk
terbentuknya budaya positif.
Terdapat
pertanyaan dari Ibu Indah Nursyafaah dari SD Negeri Patemon 01 tentang posisi
kontrol apa yang ideal dilaksanakan guru dalam membentuk disiplin positif
murid. Secara singkat, kami memaparkan akan posisi kontrol yang
kebermanfaatannya pada murid dirasakan seumur hidupnya yaitu posisi manajer.
Ketika kita mengambil posisi ini, murid didukung untuk berpikir kritis,
menguatkan nilai dalam diri, dan menyelesaikan masalahnya.
C. Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan
Beberapa hasil dari aksi nyata yang
diperoleh adalah bertambahnya wawasan akan mengembangkan budaya positif di
sekolah, cara menerapkan restitusi dalam pendisiplinan murid, dan membuat
keyakinan kelas.
D.
Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan
Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan kegiatan diseminasi Budaya
Positif dengan audiens rekan sejawat, yaitu sebenarnya hampir dari kami semua
telah melaksanakan restitusi meskipun awalnya kami tidak mengetahui teori ini.
Hanya saja, restitusi yang kami jalankan hanya sisi pertama yaitu menstabilkan
identitas dan tahap 2 yaitu menvalidasi kesalahan. Selain itu, kami juga telah
menyusun aturan kelas bersama dengan murid dan menyepakatinya. Sehingga, kami
hanya harus mengulas lagi aturan kelas ini bersama dan meningkatkannya menjadi
keyakinan kelas sebagai wujud nilai yang kami idamkan.
E. Respon
Bapak Immanuel Nugroho Puji Hartono, S.Pd dari SD Negeri Kalisegoro menyatakan
bahwa beliau sangat berterima kasih akan ilmu baru yang telah dibagikan. Dalam
kesempatan ini, beliau belajar akan restitusi di mana membentuk disiplin
positif anak dan menguatkan karakter anak menjadi lebih baik lagi.
F. Rencana Perbaikan untuk Implementasi ke
Depan
Rencana perbaikan untuk implementasi di masa depan yaitu melakukan
pemantauan, merefleksi dan mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat dan
penerapannya secara berkala. Selain itu, saling berbagi penerapan praktik restitusi
yang telah dilakukan untuk menjadi semangat dalam memberikan yang terbaik untuk
murid.
G. Dokumentasi Pelaksanaan Diseminasi
Dokumentasi kegiatan berupa video dapat
disaksikan pada tautan berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=g8E0tnYiNpY&t=5s